UMDAH AL-QORI
KARYA BADRUDDIN AL-AINI
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah
Kajian Kitab Hadis
Dosen Pengampu: Dr.
Ja’far Assagaf, MA
Disusun oleh :
Abdul
Aziz Masruri 121111002
Joko
Wahyono
121111022
JURUSAN USHULUDDIN
PROGRAM STUDI TAFSIR HADITS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SURAKARTA
SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Hadis adalah bayan/penjelas dari
al-Qur’an yang bersifat penegasan/penetapan, penjelasan apa yang tersurat dan
tersirat, dan penjelasan penetapan hukum disamping al-Qur’an. Dan sifat hadis
itu sendiri tidak absolut (kebenarannya relatif). Hadis juga menjadi sumber
ajaran islam yang kedua setelah al-qur’an walupun masih banyak hal yang
kontroversial. Dimana salah satu hal penyebabnya ialah periwayatan hadis sacara
maknawi, hal ini menimbulkan interpretasi yang bermacam-macam terhadap
pemahaman suatu matan atau sanad yang ada didalamnya. Salah satu metode yang
dilakukan oleh ulama hadis dalam rangka mengembangkan, mempelajari, dan
memudahkan memahami makna dan isi kitab hadis-hadis yang sudah ada degan cara
menyusun kitab syarah hadis. Salah satunya Umdah al- Qori Syarah Shahih
al-Bukhori karya Badruddin al-Aini. Yang akan dibahas pada makalah ini. Sebagai
manusia pantaslah bila terjadi kekeliruan, dan pantaslah mendapatkan saran.
Agar bermanfaat bagi semuanya khusunya pemakalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
BIOGRAFI BADRUDDIN AL-AINI (762-855
H)
Nama asli beliau adalah Badruddin
Abu Muhammad Mahmud bin Ahmad bin Musa bin ahmad bin al-Husain bin Yusuf bin
Mahmud al-Halabi. Lahir di al-Aintab[1]
dan meninggal di kairo, mesir[2].
Nasabnya al-‘Aini al-Mishri, ber-kunyah Abu Muhammad juga Abu al-Tsana’ dan
bergelar
al-Faqih Badr al-Din.[3] Pada
masa kerajaan Mamalik di masa Raja Barsibay, al-Aini memegang dua jabatan yaitu
Alhisbah dan qodhi al-qudhot al-Hanaffiyah selama 12 tahun
berturut-turut. Meskipun sejak dahulu dalam sejarah admisnistrasi di mesir,
tidak ada yang bisa merangkap jabatan seperti al-Aini. Menurut Abu al-Ma’ali
al-Husaini, beliau adalah imam yang hafiz, guru sepanjang masa, muhaddis pada
masanya,dan beliau memiliki kemampuan keindahan dalam tulis menulis. Pendapat
ini oleh abu al-Maasin diterangkan dalam kitab al-minhal as-safi.[4]
B.
GURU-GURU BADRUDDIN AL-AINI
1.
Zainuddin abd Rahim al-Iraqi
(belajar tentang shahih bukhori)
2.
Taqyudin Muhammad bin Muhammad bin abdurrahman
ad-Dajwi ( belajar Shahih Bukhari, Muslim, Sunan Abi Daud, Ibn Majah, ad-Darimi
)
3.
Al- hafid Sirajuddin al-Bilkini
(mempelajari Mahasin al-Istikah wa tadni Mukaddimah Ibnu Shalah)
4.
Al-Ala Ali bin Muhammad bin Abdul
Karim ( Belajar Sunan Kubra)
5.
Nuruddin Abu al-Hasan,
6.
Sarifuddin Muhammad bin Muhammad bin
Abdul Latif, dan
7.
Zainuddin Taqri Barmas bin Yusuf[5].
C.
MURID-MURID BADRUDDIN AL-AINI
1.
Imam Kamaluddin ibn al-Hammam
as-Sakhawi,
2.
Nashiruddin Abdul Baqi
3.
Abu Ishak Ibrahim al-Qurashi,
4.
Abu al-Wafa bin Halil al-Hanafi[6]
D.
KARYA-KARYA BADRUDDIN AL-AINI
1. al-Binayah fi syarh al-Hidayah li al-Marhaniyani
2. Tarikh al-Ukamsarah
3. Tarikh al-Badr fi Awshaf ahl al-‘Ashr
4. Hasyiyah ‘ala syarh Ibn al-Mushannif li al-Alfiyyah
5. Al-Hawi syarh Qashidah al-Sawi fi al-‘Arudl
6. Durar li al-Bihar al-Zahirah fi Nudhum al-Bihar
al-Zakhirah li Hisam al-Rahawi
7. Al-Durar al-Fakhirah syarh al-Bihar al-Zahirah
8. Ramz al-Haqa’iq fi syarh Kanz al-Daqa’iq
9. Zain al-Majalis ‘Alim al-Salam
10. Siyar al-Anbiya’
11. Sirah al-Mulk al-Asyraf
12. Sirah al-Mulk al-Dhahir Thughrul
13. Sirah al-Mulk al-Muayyad
14. Syarh sirah al-Muglatha
15. Syarh al-Syafiyah li Ibn al-Hajib
16. Syarh ‘Arudl li Ibn al-Hajib
17. Syarh Quth’ah min Sunan Abi Dawud
18. Thabaqat al-Hanafiyyah
19. Thabaqat al-Syu’ara’
20. ‘Aqd al-Jaman fi Tarikh ahl al-Zaman
21. al-‘Ilm al-Haib fi syarh al-Kalam al-Thayyib li Ibn
Taimiyyah
22. ‘Umdat al-Qari fi syarh al-Jami’ al-Shahih li
al-Bukhari
23. Faraid al-‘Awa’id fi Ihtishar syarh al-Syawahid li
al-Alfiyyah
24. Kasf al-Litsam fi syarh Sirah Ibn Hisyam
25. al-Masa’il al-Badriyyah al-Muntakhab min Fatawa
al-Dhahiriyyah
26. al-Mutajammi’ fi syarh al-Majma’ li Ibn al-Sa’ati
27. Masyarih al-‘Usur fi al-khuthabi wa al-mawa’idhi
28. Maghani al-Akhbar fi Rijal Ma’ani al-Atsar
29. al-Maqashid al-Nahwiyyah fi syarh Syawahid syuruh li
al-Alfiyyah
30. Malah al-Arwah fi Syarh al-Marah
31. Minhah al-Suluk syarh Tuhfah al-Muluk fi al-Furu’
32. Mizan al-Nushush fi ‘ilm al-‘Arudl
33. Nakhab al-Afkar fi Tanqih Mabani al-Akhbar syarh
Ma’ani al-Atsar
E.
SELAYANG PANDANG UMDAH AL-QORI
Kitab Umdah al-Qori adalah kitab
syarah dengan sistematika kitab yang mengikuti kitab al-Jami’ al-Shahih. Urutan
kitab, bab, nomor hadisnya sama dengan asalnya, yaitu dimulai dari kitab bad’u
al-wahyi hingga kitab al-tauhid, dari hadist nomor 1 hingga nomor 7563.
Penulisan kitab Umdah al-Qori dari tahun 821-847 H ( 26 tahun) yang menjelaskan
tentang rawi,biografi rawi hadis dengan pembicaraan tentang nasab, bahasa
I’rab, makna-makna, penjelasan dengan istinbat dari hadis dan
persoalan-persoalan serta jawaban-jawabannya.[8]
Kitab Umdah al-Qari adalah kitab syarah yang bercorak fiqh. Hal tersebut tampak
pada penjelasan al-Aini yang memuat bidang fikih. Pendapat lain kitab Umdah
al-Qori adalah kitab syarah kebahasaan, yaitu kitab syarah yang menggunakan
pendekatan bahasa lebih menonjol dalam menjelaskan nash, khususnya penjelasan
tentang bunyi lafadz (harf wa syakl), kaidah bahasa (nahwu wa sharf),
arti kamus (ma’na lughawi), arti istilah atau maksud (ma’na
istihlahi).[9]
Tentang penyandaran sanad kitab syarahnya ini
kepada al-Imam al- Bukhari, Badr al-Din al-‘Aini mempelajarinya melalui 2 jalur
yaitu:[10]
1.
Melalui Syaikh al-Imam al-‘Allamah
Zain al-Din ‘Abd al-Rahim bin Abi al-Mahasin Husain bin ‘Abd al-Rahman
al-‘Iraqi al-Syafi’I (wafat malam Rabu 8 Sya’ban 806 H di Kaero). Badr al-Din
al-‘Aini menyimak dari awal hinga akhir dalam beberapa majelisnya, paling akhir
di majelisnya adalah bulan Ramadlan sekitar tahun 788 H di Jami’ al- Qal’ah
Dhahir Kaero. Melalui syaikh inilah Badr al-Din al-‘Aini mendapatkan darinya
pembacaan dari Syaikh Syihab al-Din Ahmad bin Muhammad bin Manshur al-Asymuni
al-Hanafi yang telah mendengar secara utuh kitab Shahih al-Bukhari tersebut
dari dua syaikh yaitu Abu ‘Ali ‘Abd al-Rahim bin ‘Abd Allah bin Yusuf
al-Anshari dan Qadli al-Qudlat ‘Ala’ al-Din bin ‘Ali bin ‘Utsman bin Mushthafa
bin al-Turkimani. Syaikh pertama menerima dari Abu al-‘Abbas Ahmad bin ‘Ali bin
Yusuf al-Dimasyqi dan Abu ‘Amr ‘Utsman bin ‘Abd al-Rahman bin Rasyiq al-Rab’I
dan Abu al-Thahir Isma’il bin ‘Abd al-Qawi bin Abi al-‘Izz bin ‘Uzwan secara
sima’i kecuali pada bab al-musafir, ma yajuzu min al-syuruth fi al-makatib
hingga al-syuruth fi aljihad dan beberapa bab lain yang diterima secara ijazah.
Kesemua jalur tadi bersumber dari Habbat Allah bin ‘Ali bin Mas’ud al-Bushiri
dan Abu ‘Abd Allah Muhammad bin Ahmad bin Hamid al-Artahi, al- Bushiri
menyatakan bahwa ia menerima riwayat dari Abu ‘Abd Allah Muhammad bin Barkat
al-Sa’idi sementara al-Artahi menerima dari Ibn ‘Umar al-Farra’ secara ijazah,
keduanya menerima dari Karimah bint Ahmad al-Marwaziyah dari Abu al-Haitsam
Muhammad bin Makiyy al-Kasymaihani. Adapun Qadli ‘Ala al-Din menerima dari beberapa
rawi di antaranya Abu al-Hasan ‘Ali bin Muhammad bin Harun al-Qari dari ‘Abd
Allah al-Husain bin al-Mubarak al-Zubaidi dari Abu al-Waqt ‘Abd al-Awwal bin
‘Isa al-Sajzi dari ‘Abd al-Rahman bin Muhammad bin al-Mudhaffar al-Dawudi dari
‘Abd Allah bin Ahmad bin Hamawiyah, ia berkata juga al-Kasymaihani: kami
menerima riwayat dari Abu ‘Abd Allah Muhammad bin Yusuf bin Mathar al-Farbari
dari al-Imam Abu ‘Abd Allah Muhammad bin Isma’il al-Bukhari.
2.
Melalui Syaikh al-Imam al-‘Alim
al-Muhaddits al-Kabir Taqiy al-Din Muhammad bin Mu’in al-Din Muhammad bin Zain
al-Din ‘Abd al- Rahman bin Haidarah bin ‘Amr bin Muhammad al-Dajuwi al-Mishri
al-Syafi’iy yaitu hasil qira’ah-nya dihadapan al-Syaikh al-Imam al-Qadli Syihab
al-Din Ahmad bin Muhammad yang dikenal dengan Ibn al- Taqiy al-Maliki yang ia
bacakan (qira’ah) dihadapan dua syaikh yaitu Zain al-Din Abi al-Qasim ‘Abd
al-Rahman bin al-Syaikh Abi al-Hasan ‘Ali bin Muhammad bin Harun al-Tsa’labi
dan Shalah al-Din Khalil bin Tharanthai bin ‘Abd Allah al-Zaini al-‘Adili. Rawi
pertama menerima secara sima’iy dari ayahnya (al-Syaikh Abu al-Hasan ‘Ali bin
Muhammad bin Harun al-Tsa’labi) dan Abu al-Hasan ‘Ali bin ‘Abd al-Ghani bin
Muhammad bin Abi al-Qasim bin Taimiyah dari riwayat sima’iy kepada ayahnya
(‘Abd al-Ghani bin Muhammad) dari Abi ‘Abd Allah al-Husain bin al-Zubaidi (pada
tingkatan keempat), sementara Ibn Taimiyah menerima secara sima’iy dari Abi
al-Hasan ‘Ali bin Abi Bakr bin Ruzbah al-Qalansi yang keduanya menyimak dari
Abi al- Waqt. Rawi pertama juga menerima riwayat dari Abi ‘Abd Allah Muhammad
bin Makiy bin Abi al-Dzikr al-Shaqli yang menyimak dari Ibn Abi al-Dzikr dari
Abi al-Zubaidi. Pada fase keempat pula riwayat ayahnya (Abu al-Hasan ‘Ali bin
Muhammad bin Harun al-Tsa’labi) dari al-Imam al-Hafidh Abi ‘Amr ‘Utsman bin
‘Abd al-Rahman bin Shalah dari Manshur bin ‘Abd al-Mun’im al-Farawi dari empat
syaikh antara lain Abu al-Ma’ali Muhammad bin Isma’il al-Farisi, Abu Bakr Wajih
bin Thahir al-Syahami, Abu Muhammad ‘Abd al-Wahhab bin Syah al-Syadziyakhi
serta ‘Abd Allah Ibn Muhammad bin al-Fadll al- Farawi secara sima’iy maupun
ijazah. Al-Farisi dan Muhammad bin al- Fadll menerima dari Sa’id bin Abi Sa’id
al-‘Ayyar dari Abu ‘Ali bin Muhammad bin ‘Umar bin Syibawaih, al-Syahami dan
al-Syadziyakhi juga Muhammad bin al-Fadll al-Farawi menerima dari Abu Sahl bin
Muhammad bin Ahmad bin ‘Abd Allah al-Hafshi dari Abu al-Haitsam Muhammad bin
Makiy bin Muhammad al-Kasymaihani, melalui penyimakannya juga sima’iy-nya Ibn
Syibawaih dari al-Farbari dari al- Imam al-Bukhari. Adapun dari jalur kedua
yaitu Khalil al-Tharanthai dari Abi al-‘Abbas Ahmad bin Abi Thalib ni’mah bin
Hasan bin ‘Ali bin Bayat al-Shalihi Ibn al-Syahinah al-Hajjar dan Umm Muhammad
Wazirah ibnat ‘Amr bin As’ad bin al-Manja dari Ibn al-Zubaidi dari Abi al-Waqt
‘Abd al-Awwal al-Sajzi dari Jamal al-Islam Abu al-Hasan ‘Abd al-Rahman bin
Muhammad bin al-Mudhaffar al-Dawudi dari 120 Teologia, Volume 16, Nomor 1,
Januari 2005 Abi Muhammad ‘Abd Allah bin Ahmad bin Hamawiyah dari Abi ‘Abd
Allah Muhammad bin Yusuf bin Mathar al-Farbari dari al-Imam al- Bukhari.
F.
MODEL SYARAH UMDAH AL-AINI
Sistematika
pensyarahan Badr al-Din al-‘Aini dalam ‘Umdat al-Qari ini secara garis besar
dapat digambarkan sebagai berikut :[11]
1.
Muqaddimah Kitab, di antaranya
memuat puji-pujian kepada Allah, shalawat, urgensi sunnah Nabi dan pentingnya
pemahaman terhadapnya, penyendaran (isnad) Badr al-‘Aini terhadap imam al-
Bukhari (melalui dua jalur), beberapa informasi di sekitar Shahih al- Bukhari
mulai dari; penamaan, peringkat kitabnya di jajaran kitab hadis, status
hadisnya, jumlah hadisnya, pembaban, rawi-rawi yang terlibat di dalamnya (5
Thabaqat), rawi yang dikritik, status syawahid dan mutabi’ hadis-hadisnya,
penetapan nama-nama yang sering digunakan al-Bukhari serta status hadis yang
tanpa sanad di dalamnya.
2.
Penjelasan kitab ataupun bab. Dalam
hal ini Badr al-Din al-‘Aini menyatakan bahwa “sudah menjadi kewajiban
mushannif dalam memulai karyanya untuk menuliskan 3 hal (risalah): basmalah,
hamdalah dan shalawat, ada pula yang menyatakan 4 yaitu ditambahkan tentang
betapa penting dan terpujinya ilmu yang sedang ditulis tersebut”. Kemudian
tentang penamaan kitab atau bab, mulai dari bayan al-tarjamah (penjelasan
maksud isi), bayan al-lughah (telaah bahasa), bayan al-sharf (telaah
sharafiyyah), bayan al-i’rab (telaah I’rab), bayan al-ma’ani (telaah makna),
bayan al-bayan (telaah bayani), bayan tafsir (telaah penafsiran ayat), bayan
tashdir al-bab bi al-ayat al-madzkurah (telaah argumentasi penggunaan ayat
sebagai awal bab yang dimaksud). Secara umum
istematika penjelasan di atas konsist digunakan Badr al-Din al-‘Aini,
hanya saja penjelasan yang telah diberikan pada bagian-bagian awal tidak
diulangi kembali bada bagian-bagian selanjutnya. Di samping itu penjelasan
terhadap kitab ataupun bab tersebut tidak semuanya diberikan penjelasan dari
point perpoint, melainkan yang dianggap perlu mendapatkan penjelasan sesuai sub
tema pada point-point tersebut saja.
3.
Penjelasan hadis yang terdiri dari
penjelasan sanad berikut matannya, Setelah mengemukakan hadis secara lengkap,
Badr al-Din al-‘Aini memulai penjelasannya dengan beberapa judul telaah
(sebagaimana pada point sebelumnya) antara lain bayan ta’alluq al-hadits bi
al-ayah (telaah korelasi hadis dengan ayat yang dikemukakan sebelumnya), bayan
ta’alluq al-hadits bi al-tarjamah (telaah korelasi hadis dengan maksud isinya),
bayan rijalihi (telaah rawi yang ada di dalam hadis tersebut), bayan dlabth
al-rijal (telaah kepastian personal rawi melalui penyebutan yang tepat seperti
al-humaidi dengan al-hamid), bayan al-ansab (telaah nasab terutama bila ada dua
nama yang sama), bayan fawaid tata’allaq bi al-rijal (telaah manfaat yang
terkait dengan informasi rawi), bayan lathaif isnadihi (telaah dari seluk beluk
periwayatan di dalam rangkaian sanad hadis), bayan nau’ al-Hadits (telaah jenis
hadis, seperti keterangan tentang mutawatir atau ahad-nya hadis, ittishal atau
inqitha’-nya sanad, musnad ila al-Nabi atau mauqufan dan sejenisnya), bayan
ta’addud al-hadits fi alshahih (telaah jumlah hadis tersebut dalam shahih
al-Bukhari ini,), bayan man akhrajahu ghairuh (telaah mukharrij lain yang
mengutip hadis yang dimaksud), bayan Ikhtilaf lafdhihi (telaah perbedaan lafadh
hadis), bayan ikhtiyarihi hadza fi al-bidayah (telaah argument pemilihan hadis
ini sebagai pendahuluan), bayan al-Lughah (telaah bahasa), bayan al-i’rab
(telaah i’rab), bayan al-ma’ani (telaah makna), bayan al-bayan (telaah bayani),
bayan al-badi’ (telaah keindahan sastranya), al-as’ilah wa al-ajwibah (perbincangan
di sekitar hadis), bayan al-sabab wa al-maurud (telaah sebab munculnya hadis),
faedah (beberapa manfaat hadis), bayan al-sharf (telaah sharaf), istinbath
al-Ahkam (hokum yang dapat ditarik dari nash ini), hukm al-hadits (status
hadis), bayan ikhtilaf al-riwayat (telaah berbagai perbedaan riwayat), serta
Tambahan lain pada keterangan rijal yang ada di dalam sanad maupun matan hadis,
antara lain Badr al-Din al-‘Aini juga memberikan keterangan tentang 1) bayan
al-asma’ al-waqi’qh fihi (telaah nama yang dikutip dalam hadis), 2) bayan
al-asma’ al-mubhamah (telaah nama yang samar), 3) bayan asma’ alamakin fihi
(telaah nama-nama tempat yan dikutip di dalamnya).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sitematika kitab
syarah umdah al-Qari mengikuti susunan al-jami’ al-shahih, yang dimulai dari
kitab bad’u al-wahyu hingga al-tauhid. Dari hadis no1 samapai 7563. Dalam
penyusunan syarahnya , al-Aini menjelaskan secara kebahasaan tentang arti/makna
yang kandungan hadis, I’rab, rijal hadis, pendapat para ulama, ayat-ayat
al-Qur’an hadis oleh mukharij lainnya, serta mengandung Tanya jawab dan
istinbath hokum. Namun, terkadang juga ditemui dalam kitab ini al-Aini tidak
membahas secara detail dengan mengatakan “aka ada penjelasan hal tersebut, insya
ta’ala”.
Metode yang
digunakan oleh al-Aini adalah metode tahlili, sebab dalam umdah al-Qari
terdapat pembahasan atau penjelasan sanad, kosa kata, pendapat para ulama, dan
kandungan hadis. sedangkan pendekatan dalam syarah umdah al-Qari memakai
pendekatan antardisipliner. Dan teknik syarah umdah al-Qari menggunakan
interpretasi tekstual dan intertekstual.
DAFTAR PUSTAKA
Badruddin al-Aini, Umdah
al-Qori Syarah Shahih al-Bukhari. Beirut : Dar al-Kotob al-Ilmiyah. T. th
Ash-Shiddieqy, Hasbi.
Sejarah Dan Pengantar Ilmu Hadis, cet IV, Semarang : PT. Pustaka Rizki
Putra, 1999
AL-Aini,Badruddin
abi Muhammad Mahmud bin ahmad, Umdah al-qori Syarah Shahih al-Bukhari, jilid
1 Dar al-Fikr:Beirut . T.th
Ermawati. Telaah
Pemikiran al-Aini dalam Umdah al-Qari Kitab al-Buyu’ Bab Bai’ al-Khilth Min
al-Tsamari. Rausyan Fikr (jurnal studi ilmu ushuluddin dan filsafat) STAIN PALU
: vol. 6 no.1 Januari-Juni 2010
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/umroh-haji/11/05/13/ll4nx2-aleppo-kota-para-khalifah-umayyah di akses 25
mei 2014 jam 12.00 wib
A. Hasan
Asy’ari Ulama’I . Jurnal, Teologia,. IAIN Walisongo Semarang, Pemahaman
Hadis Badr al-Din al-‘Aini .Volume 16, Nomor 1, Januari 2005
[2]
Pada tahun 788 H, Al-Aini berangkat menunaikan ibadah haji, di negeri Hijaz
beliu bertemu dengan Imam Alauddin Ali bin Ahmad al-Saerami. Pertemuan ini
membawa beliau ke mesir, bersama mereka membina
madrasah al-Burquqiyah al-Kubra di
kairo. Akhir abad ke 8 H inilah al-Aini
memangku jabatan penting di kairo yakni sebagai pimpinan Hisbah, yang
sebelumnya dipegang oleh Syaikh Taqiyuddin al-Maqrizi. Yang pada akhirnya
tqiyuddin merasa tidak senang terhadap al-Aini.