Pesta akhir tahun

kupas kitab umdah Al-Qori



UMDAH AL-QORI
KARYA BADRUDDIN AL-AINI




Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah Kajian Kitab Hadis
Dosen  Pengampu: Dr. Ja’far Assagaf, MA
Disusun oleh    :
Abdul Aziz Masruri                121111002
Joko Wahyono                               121111022

JURUSAN USHULUDDIN
PROGRAM STUDI TAFSIR HADITS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SURAKARTA
SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

            Hadis adalah bayan/penjelas dari al-Qur’an yang bersifat penegasan/penetapan, penjelasan apa yang tersurat dan tersirat, dan penjelasan penetapan hukum disamping al-Qur’an. Dan sifat hadis itu sendiri tidak absolut (kebenarannya relatif). Hadis juga menjadi sumber ajaran islam yang kedua setelah al-qur’an walupun masih banyak hal yang kontroversial. Dimana salah satu hal penyebabnya ialah periwayatan hadis sacara maknawi, hal ini menimbulkan interpretasi yang bermacam-macam terhadap pemahaman suatu matan atau sanad yang ada didalamnya. Salah satu metode yang dilakukan oleh ulama hadis dalam rangka mengembangkan, mempelajari, dan memudahkan memahami makna dan isi kitab hadis-hadis yang sudah ada degan cara menyusun kitab syarah hadis. Salah satunya Umdah al- Qori Syarah Shahih al-Bukhori karya Badruddin al-Aini. Yang akan dibahas pada makalah ini. Sebagai manusia pantaslah bila terjadi kekeliruan, dan pantaslah mendapatkan saran. Agar bermanfaat bagi semuanya khusunya pemakalah.













BAB II
PEMBAHASAN

A.     BIOGRAFI BADRUDDIN AL-AINI (762-855 H)
            Nama asli beliau adalah Badruddin Abu Muhammad Mahmud bin Ahmad bin Musa bin ahmad bin al-Husain bin Yusuf bin Mahmud al-Halabi. Lahir di al-Aintab[1] dan meninggal di kairo, mesir[2]. Nasabnya al-‘Aini al-Mishri, ber-kunyah Abu Muhammad juga Abu al-Tsana’ dan
bergelar al-Faqih Badr al-Din.[3] Pada masa kerajaan Mamalik di masa Raja Barsibay, al-Aini memegang dua jabatan yaitu Alhisbah dan qodhi al-qudhot al-Hanaffiyah selama 12 tahun berturut-turut. Meskipun sejak dahulu dalam sejarah admisnistrasi di mesir, tidak ada yang bisa merangkap jabatan seperti al-Aini. Menurut Abu al-Ma’ali al-Husaini, beliau adalah imam yang hafiz, guru sepanjang masa, muhaddis pada masanya,dan beliau memiliki kemampuan keindahan dalam tulis menulis. Pendapat ini oleh abu al-Maasin diterangkan dalam kitab al-minhal as-safi.[4]

B.     GURU-GURU BADRUDDIN AL-AINI
1.      Zainuddin abd Rahim al-Iraqi (belajar tentang shahih bukhori)
2.      Taqyudin Muhammad bin Muhammad bin abdurrahman ad-Dajwi ( belajar Shahih Bukhari, Muslim, Sunan Abi Daud, Ibn Majah, ad-Darimi )
3.      Al- hafid Sirajuddin al-Bilkini (mempelajari Mahasin al-Istikah wa tadni Mukaddimah Ibnu Shalah)
4.      Al-Ala Ali bin Muhammad bin Abdul Karim ( Belajar Sunan Kubra)
5.      Nuruddin Abu al-Hasan,
6.      Sarifuddin Muhammad bin Muhammad bin Abdul Latif, dan
7.      Zainuddin Taqri Barmas bin Yusuf[5].


C.     MURID-MURID BADRUDDIN AL-AINI
1.      Imam Kamaluddin ibn al-Hammam as-Sakhawi,
2.      Nashiruddin Abdul Baqi
3.      Abu Ishak Ibrahim al-Qurashi,
4.      Abu al-Wafa bin Halil al-Hanafi[6]

D.     KARYA-KARYA BADRUDDIN AL-AINI
1.      al-Binayah fi syarh al-Hidayah li al-Marhaniyani
2.      Tarikh al-Ukamsarah
3.      Tarikh al-Badr fi Awshaf ahl al-‘Ashr
4.      Hasyiyah ‘ala syarh Ibn al-Mushannif li al-Alfiyyah
5.      Al-Hawi syarh Qashidah al-Sawi fi al-‘Arudl
6.      Durar li al-Bihar al-Zahirah fi Nudhum al-Bihar al-Zakhirah li Hisam al-Rahawi
7.      Al-Durar al-Fakhirah syarh al-Bihar al-Zahirah
8.      Ramz al-Haqa’iq fi syarh Kanz al-Daqa’iq
9.      Zain al-Majalis ‘Alim al-Salam
10.  Siyar al-Anbiya’
11.  Sirah al-Mulk al-Asyraf
12.  Sirah al-Mulk al-Dhahir Thughrul
13.  Sirah al-Mulk al-Muayyad
14.  Syarh sirah al-Muglatha
15.  Syarh al-Syafiyah li Ibn al-Hajib
16.  Syarh ‘Arudl li Ibn al-Hajib
17.  Syarh Quth’ah min Sunan Abi Dawud
18.  Thabaqat al-Hanafiyyah
19.  Thabaqat al-Syu’ara’
20.  ‘Aqd al-Jaman fi Tarikh ahl al-Zaman
21.  al-‘Ilm al-Haib fi syarh al-Kalam al-Thayyib li Ibn Taimiyyah
22.  ‘Umdat al-Qari fi syarh al-Jami’ al-Shahih li al-Bukhari
23.  Faraid al-‘Awa’id fi Ihtishar syarh al-Syawahid li al-Alfiyyah
24.  Kasf al-Litsam fi syarh Sirah Ibn Hisyam
25.  al-Masa’il al-Badriyyah al-Muntakhab min Fatawa al-Dhahiriyyah
26.  al-Mutajammi’ fi syarh al-Majma’ li Ibn al-Sa’ati
27.  Masyarih al-‘Usur fi al-khuthabi wa al-mawa’idhi
28.  Maghani al-Akhbar fi Rijal Ma’ani al-Atsar
29.  al-Maqashid al-Nahwiyyah fi syarh Syawahid syuruh li al-Alfiyyah
30.  Malah al-Arwah fi Syarh al-Marah
31.  Minhah al-Suluk syarh Tuhfah al-Muluk fi al-Furu’
32.  Mizan al-Nushush fi ‘ilm al-‘Arudl
33.  Nakhab al-Afkar fi Tanqih Mabani al-Akhbar syarh Ma’ani al-Atsar
34.  Nihayah al-Bayan syarh ‘ala al-Hidayah li al-Marghaniyani[7]

E.      SELAYANG PANDANG UMDAH AL-QORI
            Kitab Umdah al-Qori adalah kitab syarah dengan sistematika kitab yang mengikuti kitab al-Jami’ al-Shahih. Urutan kitab, bab, nomor hadisnya sama dengan asalnya, yaitu dimulai dari kitab bad’u al-wahyi hingga kitab al-tauhid, dari hadist nomor 1 hingga nomor 7563. Penulisan kitab Umdah al-Qori dari tahun 821-847 H ( 26 tahun) yang menjelaskan tentang rawi,biografi rawi hadis dengan pembicaraan tentang nasab, bahasa I’rab, makna-makna, penjelasan dengan istinbat dari hadis dan persoalan-persoalan serta jawaban-jawabannya.[8] Kitab Umdah al-Qari adalah kitab syarah yang bercorak fiqh. Hal tersebut tampak pada penjelasan al-Aini yang memuat bidang fikih. Pendapat lain kitab Umdah al-Qori adalah kitab syarah kebahasaan, yaitu kitab syarah yang menggunakan pendekatan bahasa lebih menonjol dalam menjelaskan nash, khususnya penjelasan tentang bunyi lafadz (harf wa syakl), kaidah bahasa (nahwu wa sharf), arti kamus (ma’na lughawi), arti istilah atau maksud (ma’na istihlahi).[9] Tentang penyandaran sanad kitab syarahnya ini kepada al-Imam al- Bukhari, Badr al-Din al-‘Aini mempelajarinya melalui 2 jalur yaitu:[10]
1.      Melalui Syaikh al-Imam al-‘Allamah Zain al-Din ‘Abd al-Rahim bin Abi al-Mahasin Husain bin ‘Abd al-Rahman al-‘Iraqi al-Syafi’I (wafat malam Rabu 8 Sya’ban 806 H di Kaero). Badr al-Din al-‘Aini menyimak dari awal hinga akhir dalam beberapa majelisnya, paling akhir di majelisnya adalah bulan Ramadlan sekitar tahun 788 H di Jami’ al- Qal’ah Dhahir Kaero. Melalui syaikh inilah Badr al-Din al-‘Aini mendapatkan darinya pembacaan dari Syaikh Syihab al-Din Ahmad bin Muhammad bin Manshur al-Asymuni al-Hanafi yang telah mendengar secara utuh kitab Shahih al-Bukhari tersebut dari dua syaikh yaitu Abu ‘Ali ‘Abd al-Rahim bin ‘Abd Allah bin Yusuf al-Anshari dan Qadli al-Qudlat ‘Ala’ al-Din bin ‘Ali bin ‘Utsman bin Mushthafa bin al-Turkimani. Syaikh pertama menerima dari Abu al-‘Abbas Ahmad bin ‘Ali bin Yusuf al-Dimasyqi dan Abu ‘Amr ‘Utsman bin ‘Abd al-Rahman bin Rasyiq al-Rab’I dan Abu al-Thahir Isma’il bin ‘Abd al-Qawi bin Abi al-‘Izz bin ‘Uzwan secara sima’i kecuali pada bab al-musafir, ma yajuzu min al-syuruth fi al-makatib hingga al-syuruth fi aljihad dan beberapa bab lain yang diterima secara ijazah. Kesemua jalur tadi bersumber dari Habbat Allah bin ‘Ali bin Mas’ud al-Bushiri dan Abu ‘Abd Allah Muhammad bin Ahmad bin Hamid al-Artahi, al- Bushiri menyatakan bahwa ia menerima riwayat dari Abu ‘Abd Allah Muhammad bin Barkat al-Sa’idi sementara al-Artahi menerima dari Ibn ‘Umar al-Farra’ secara ijazah, keduanya menerima dari Karimah bint Ahmad al-Marwaziyah dari Abu al-Haitsam Muhammad bin Makiyy al-Kasymaihani. Adapun Qadli ‘Ala al-Din menerima dari beberapa rawi di antaranya Abu al-Hasan ‘Ali bin Muhammad bin Harun al-Qari dari ‘Abd Allah al-Husain bin al-Mubarak al-Zubaidi dari Abu al-Waqt ‘Abd al-Awwal bin ‘Isa al-Sajzi dari ‘Abd al-Rahman bin Muhammad bin al-Mudhaffar al-Dawudi dari ‘Abd Allah bin Ahmad bin Hamawiyah, ia berkata juga al-Kasymaihani: kami menerima riwayat dari Abu ‘Abd Allah Muhammad bin Yusuf bin Mathar al-Farbari dari al-Imam Abu ‘Abd Allah Muhammad bin Isma’il al-Bukhari.
2.      Melalui Syaikh al-Imam al-‘Alim al-Muhaddits al-Kabir Taqiy al-Din Muhammad bin Mu’in al-Din Muhammad bin Zain al-Din ‘Abd al- Rahman bin Haidarah bin ‘Amr bin Muhammad al-Dajuwi al-Mishri al-Syafi’iy yaitu hasil qira’ah-nya dihadapan al-Syaikh al-Imam al-Qadli Syihab al-Din Ahmad bin Muhammad yang dikenal dengan Ibn al- Taqiy al-Maliki yang ia bacakan (qira’ah) dihadapan dua syaikh yaitu Zain al-Din Abi al-Qasim ‘Abd al-Rahman bin al-Syaikh Abi al-Hasan ‘Ali bin Muhammad bin Harun al-Tsa’labi dan Shalah al-Din Khalil bin Tharanthai bin ‘Abd Allah al-Zaini al-‘Adili. Rawi pertama menerima secara sima’iy dari ayahnya (al-Syaikh Abu al-Hasan ‘Ali bin Muhammad bin Harun al-Tsa’labi) dan Abu al-Hasan ‘Ali bin ‘Abd al-Ghani bin Muhammad bin Abi al-Qasim bin Taimiyah dari riwayat sima’iy kepada ayahnya (‘Abd al-Ghani bin Muhammad) dari Abi ‘Abd Allah al-Husain bin al-Zubaidi (pada tingkatan keempat), sementara Ibn Taimiyah menerima secara sima’iy dari Abi al-Hasan ‘Ali bin Abi Bakr bin Ruzbah al-Qalansi yang keduanya menyimak dari Abi al- Waqt. Rawi pertama juga menerima riwayat dari Abi ‘Abd Allah Muhammad bin Makiy bin Abi al-Dzikr al-Shaqli yang menyimak dari Ibn Abi al-Dzikr dari Abi al-Zubaidi. Pada fase keempat pula riwayat ayahnya (Abu al-Hasan ‘Ali bin Muhammad bin Harun al-Tsa’labi) dari al-Imam al-Hafidh Abi ‘Amr ‘Utsman bin ‘Abd al-Rahman bin Shalah dari Manshur bin ‘Abd al-Mun’im al-Farawi dari empat syaikh antara lain Abu al-Ma’ali Muhammad bin Isma’il al-Farisi, Abu Bakr Wajih bin Thahir al-Syahami, Abu Muhammad ‘Abd al-Wahhab bin Syah al-Syadziyakhi serta ‘Abd Allah Ibn Muhammad bin al-Fadll al- Farawi secara sima’iy maupun ijazah. Al-Farisi dan Muhammad bin al- Fadll menerima dari Sa’id bin Abi Sa’id al-‘Ayyar dari Abu ‘Ali bin Muhammad bin ‘Umar bin Syibawaih, al-Syahami dan al-Syadziyakhi juga Muhammad bin al-Fadll al-Farawi menerima dari Abu Sahl bin Muhammad bin Ahmad bin ‘Abd Allah al-Hafshi dari Abu al-Haitsam Muhammad bin Makiy bin Muhammad al-Kasymaihani, melalui penyimakannya juga sima’iy-nya Ibn Syibawaih dari al-Farbari dari al- Imam al-Bukhari. Adapun dari jalur kedua yaitu Khalil al-Tharanthai dari Abi al-‘Abbas Ahmad bin Abi Thalib ni’mah bin Hasan bin ‘Ali bin Bayat al-Shalihi Ibn al-Syahinah al-Hajjar dan Umm Muhammad Wazirah ibnat ‘Amr bin As’ad bin al-Manja dari Ibn al-Zubaidi dari Abi al-Waqt ‘Abd al-Awwal al-Sajzi dari Jamal al-Islam Abu al-Hasan ‘Abd al-Rahman bin Muhammad bin al-Mudhaffar al-Dawudi dari 120 Teologia, Volume 16, Nomor 1, Januari 2005 Abi Muhammad ‘Abd Allah bin Ahmad bin Hamawiyah dari Abi ‘Abd Allah Muhammad bin Yusuf bin Mathar al-Farbari dari al-Imam al- Bukhari.


F.      MODEL SYARAH UMDAH AL-AINI

           Sistematika pensyarahan Badr al-Din al-‘Aini dalam ‘Umdat al-Qari ini secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut :[11]
1.      Muqaddimah Kitab, di antaranya memuat puji-pujian kepada Allah, shalawat, urgensi sunnah Nabi dan pentingnya pemahaman terhadapnya, penyendaran (isnad) Badr al-‘Aini terhadap imam al- Bukhari (melalui dua jalur), beberapa informasi di sekitar Shahih al- Bukhari mulai dari; penamaan, peringkat kitabnya di jajaran kitab hadis, status hadisnya, jumlah hadisnya, pembaban, rawi-rawi yang terlibat di dalamnya (5 Thabaqat), rawi yang dikritik, status syawahid dan mutabi’ hadis-hadisnya, penetapan nama-nama yang sering digunakan al-Bukhari serta status hadis yang tanpa sanad di dalamnya.
2.      Penjelasan kitab ataupun bab. Dalam hal ini Badr al-Din al-‘Aini menyatakan bahwa “sudah menjadi kewajiban mushannif dalam memulai karyanya untuk menuliskan 3 hal (risalah): basmalah, hamdalah dan shalawat, ada pula yang menyatakan 4 yaitu ditambahkan tentang betapa penting dan terpujinya ilmu yang sedang ditulis tersebut”. Kemudian tentang penamaan kitab atau bab, mulai dari bayan al-tarjamah (penjelasan maksud isi), bayan al-lughah (telaah bahasa), bayan al-sharf (telaah sharafiyyah), bayan al-i’rab (telaah I’rab), bayan al-ma’ani (telaah makna), bayan al-bayan (telaah bayani), bayan tafsir (telaah penafsiran ayat), bayan tashdir al-bab bi al-ayat al-madzkurah (telaah argumentasi penggunaan ayat sebagai awal bab yang dimaksud). Secara umum  istematika penjelasan di atas konsist digunakan Badr al-Din al-‘Aini, hanya saja penjelasan yang telah diberikan pada bagian-bagian awal tidak diulangi kembali bada bagian-bagian selanjutnya. Di samping itu penjelasan terhadap kitab ataupun bab tersebut tidak semuanya diberikan penjelasan dari point perpoint, melainkan yang dianggap perlu mendapatkan penjelasan sesuai sub tema pada point-point tersebut saja.
3.      Penjelasan hadis yang terdiri dari penjelasan sanad berikut matannya, Setelah mengemukakan hadis secara lengkap, Badr al-Din al-‘Aini memulai penjelasannya dengan beberapa judul telaah (sebagaimana pada point sebelumnya) antara lain bayan ta’alluq al-hadits bi al-ayah (telaah korelasi hadis dengan ayat yang dikemukakan sebelumnya), bayan ta’alluq al-hadits bi al-tarjamah (telaah korelasi hadis dengan maksud isinya), bayan rijalihi (telaah rawi yang ada di dalam hadis tersebut), bayan dlabth al-rijal (telaah kepastian personal rawi melalui penyebutan yang tepat seperti al-humaidi dengan al-hamid), bayan al-ansab (telaah nasab terutama bila ada dua nama yang sama), bayan fawaid tata’allaq bi al-rijal (telaah manfaat yang terkait dengan informasi rawi), bayan lathaif isnadihi (telaah dari seluk beluk periwayatan di dalam rangkaian sanad hadis), bayan nau’ al-Hadits (telaah jenis hadis, seperti keterangan tentang mutawatir atau ahad-nya hadis, ittishal atau inqitha’-nya sanad, musnad ila al-Nabi atau mauqufan dan sejenisnya), bayan ta’addud al-hadits fi alshahih (telaah jumlah hadis tersebut dalam shahih al-Bukhari ini,), bayan man akhrajahu ghairuh (telaah mukharrij lain yang mengutip hadis yang dimaksud), bayan Ikhtilaf lafdhihi (telaah perbedaan lafadh hadis), bayan ikhtiyarihi hadza fi al-bidayah (telaah argument pemilihan hadis ini sebagai pendahuluan), bayan al-Lughah (telaah bahasa), bayan al-i’rab (telaah i’rab), bayan al-ma’ani (telaah makna), bayan al-bayan (telaah bayani), bayan al-badi’ (telaah keindahan sastranya), al-as’ilah wa al-ajwibah (perbincangan di sekitar hadis), bayan al-sabab wa al-maurud (telaah sebab munculnya hadis), faedah (beberapa manfaat hadis), bayan al-sharf (telaah sharaf), istinbath al-Ahkam (hokum yang dapat ditarik dari nash ini), hukm al-hadits (status hadis), bayan ikhtilaf al-riwayat (telaah berbagai perbedaan riwayat), serta Tambahan lain pada keterangan rijal yang ada di dalam sanad maupun matan hadis, antara lain Badr al-Din al-‘Aini juga memberikan keterangan tentang 1) bayan al-asma’ al-waqi’qh fihi (telaah nama yang dikutip dalam hadis), 2) bayan al-asma’ al-mubhamah (telaah nama yang samar), 3) bayan asma’ alamakin fihi (telaah nama-nama tempat yan dikutip di dalamnya).























BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
           Sitematika kitab syarah umdah al-Qari mengikuti susunan al-jami’ al-shahih, yang dimulai dari kitab bad’u al-wahyu hingga al-tauhid. Dari hadis no1 samapai 7563. Dalam penyusunan syarahnya , al-Aini menjelaskan secara kebahasaan tentang arti/makna yang kandungan hadis, I’rab, rijal hadis, pendapat para ulama, ayat-ayat al-Qur’an hadis oleh mukharij lainnya, serta mengandung Tanya jawab dan istinbath hokum. Namun, terkadang juga ditemui dalam kitab ini al-Aini tidak membahas secara detail dengan mengatakan “aka ada penjelasan hal tersebut, insya ta’ala”.
           Metode yang digunakan oleh al-Aini adalah metode tahlili, sebab dalam umdah al-Qari terdapat pembahasan atau penjelasan sanad, kosa kata, pendapat para ulama, dan kandungan hadis. sedangkan pendekatan dalam syarah umdah al-Qari memakai pendekatan antardisipliner. Dan teknik syarah umdah al-Qari menggunakan interpretasi tekstual dan intertekstual.




















DAFTAR PUSTAKA
           Badruddin al-Aini, Umdah al-Qori Syarah Shahih al-Bukhari. Beirut : Dar al-Kotob al-Ilmiyah. T. th
           Ash-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah Dan Pengantar Ilmu Hadis, cet IV, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 1999
           AL-Aini,Badruddin abi Muhammad Mahmud bin ahmad, Umdah al-qori Syarah Shahih al-Bukhari, jilid 1 Dar al-Fikr:Beirut . T.th
           Ermawati. Telaah Pemikiran al-Aini dalam Umdah al-Qari Kitab al-Buyu’ Bab Bai’ al-Khilth Min al-Tsamari. Rausyan Fikr (jurnal studi ilmu ushuluddin dan filsafat) STAIN PALU : vol. 6 no.1 Januari-Juni 2010
               A. Hasan Asy’ari Ulama’I . Jurnal, Teologia,. IAIN Walisongo Semarang, Pemahaman Hadis Badr al-Din al-‘Aini .Volume 16, Nomor 1, Januari 2005













                [1] Terletak antara kota Halb (sekarang alepo) dan Anthokiyah. Lihat di http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/umroh-haji/11/05/13/ll4nx2-aleppo-kota-para-khalifah-umayyah
                [2] Pada tahun 788 H, Al-Aini berangkat menunaikan ibadah haji, di negeri Hijaz beliu bertemu dengan Imam Alauddin Ali bin Ahmad al-Saerami. Pertemuan ini membawa  beliau  ke mesir, bersama mereka membina madrasah  al-Burquqiyah al-Kubra di kairo. Akhir abad ke 8 H inilah  al-Aini memangku jabatan penting di kairo yakni sebagai pimpinan Hisbah, yang sebelumnya dipegang oleh Syaikh Taqiyuddin al-Maqrizi. Yang pada akhirnya tqiyuddin merasa tidak senang terhadap al-Aini.
                [3] Isma’il Basya al-Baghdadi, Hadayyat al-‘Arifin Asma’ al-Mu’allifin wa atsar al-Mushannifin min Kasyf al-Dhunun, (Beirut: Dar al-Kutub al- ‘Ilmiyyah, 1992), jilid 6, h. 420-421;
                [4] Jurnal ; Ermawati. Telaah Pemikiran al-Aini dalam Umdah al-Qari Kitab al-Buyu’ Bab Bai’ al-Khilth Min al-Tsamari. Rausyan Fikr (jurnal studi ilmu ushuluddin dan filsafat) STAIN PALU : vol. 6 no.1 Januari-Juni 2010
                [5] AL-Aini,Badruddin abi Muhammad Mahmud bin ahmad, Umdah al-qori Syarah Shahih al-Bukhari, jilid 1 Dar al-Fikr:Beirut . hal 8. T.th
                [6] Ibid hal. 8
                [7] Ibid 16-18 Lihat pula Abu al-Falah ‘Abd al-Hamid bin al-‘Imad al-Hanbali (w. 1089), Syadzarat al-Dzahab fi Akhbar min dzahab, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, T.Th.), jilid 4, h. 286-288;
                [8] Badruddin al-Aini, Umdah al-Qori Syarah Shahih al-Bukhari. jilid 1, Beirut : Dar al-Kotob al-Ilmiyah. Hal 44-50  t.th
                [9] Ash-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah Dan Pengantar Ilmu Hadis, cet IV, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 1999  
                [10] Haji Khalifah, al-Maula Mushthafa bin ‘Abd Allah al-Qusthanthini al-Rumi al-Hanafi (1017-1067), Kasf al-Dhunun ‘An Asami al-Kutub wa al-Funun, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, T.Th), Jilid 1, h. 541
                [11] A. Hasan Asy’ari Ulama’I . Jurnal, Teologia,. IAIN Walisongo Semarang, Pemahaman Hadis Badr al-Din al-‘Aini .Volume 16, Nomor 1, Januari 2005.hal.121-122


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kupas kitab umdah Al-Qori

UMDAH AL-QORI KARYA BADRUDDIN AL-AINI Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Kajian Kitab Hadis D...