MAKALAH
PENGERTIAN, CAKUPAN DAN
SIGNIFIKANSI ISLAM DAN BUDAYA JAWA
Dipresentasikan dalam mata kuliah
Islam dan Budaya Jawa
yang diampu oleh: M. Rikza Chamami,
MSI
Disusun oleh:
Siti Hana (103211045)
Ulfa Muth Mainnah (103211050)
Wiga Lutfiana (103211070)
Abdullah Mujib (113211014)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2013
Jawa merupakan sebuah pulau dan suku yang terdapat di Indonesia, yang meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta dan lain-lain dan setiap daerah mempunyai karakter budaya yang berbeda-beda. Masyarakat Jawa dipercaya memiliki kebudayaan khas dan berhubungan masyarakat Jawa menunjuk pada orang-orang yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang-orang yang menjujung tinggi sifat-sifat luhur dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Jawa. Dalam konteks Indonesia kebudayaan Jawa merupakan salah satu kebudayaan lokal yang berpengaruh penting karena memiliki arti yang penting bagi masyarakat Jawa karena mayoritas masyarakat Jawa memeluk agama Islam dengan demikian hubungan nilai-nilai Islam dengan kebudayaan Jawa menjadi menarik karena keberadaan Islam.
Proses Islamisasi di Jawa yang dimotori oleh kaum sufi, telah membawa perubahan-perubahan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat. Salah satu karakteristik orang Jawa adalah kebiasaan hidup dalam suasana mistis, mistik sebagai sikap hidup, pola piker dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari (Al-Payami, 1992:113). Dengan demikian kedatangan agama Islam yang membawa ajaran esoteric, mengajarkan mistik, tidak membuat masyarakat Jawa kaget dan gumun. Di sini terjadi pergumulan mistik Islam dengan mistik Jawa. Pada dasarnya bertemunya dua ajaran yang memiliki dasar dan ajaran berbeda. Bertemu dalam satu medium, terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain, yang akhirnya sama-sama menjadi sikap dan falsafah hidup.[1]
II. RUMUSAN MASALAH
- Pengertian
Islam, Kebudayaan Jawa
- Ciri-ciri
Orang Jawa
- Tujuan
Mempelajari IBJ
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam dan Kebudayaan Jawa
1. Pengertian Islam
Islam Secara etimologis (asal-usul kata, lughawi) kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk Aslama-Yuslimu-Islaman yang artinya pasrah, tunduk. Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut Muslim. Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya .[2] Rasulullah SAW banyak menamakan beberapa perkara dengan sebutan Islam, misalnya: taslimu qalbi (penyerahan hati), salamatunnas minal lisan wal yad (tidak menyakiti oranglain dengan lisan dan tangan). Semua perkara ini disebut Rasulullah sebagai Islam, mengandung arti penyerahan diri, ketundukan dan kepatuhan yang nyata[3]. Dalam sebuah riwayat disebutkan tentang Islam, sebagaimana berikut:
الإسلامُ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ وَلَا تُشْرِكَ بِهِ وَ تُقِيْمَ
الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوْضَةَ وَ تَصُوْمَ رَمَضَانَ وَ
تُحِجَّ الْبَيْتَ
Artinya: “Islam adalah engkau menyembah Allah dan tidak berbuat syirik
kepada-Nya, mendirikan shalat, membayar zakat yang diwajibkan, puasa Ramadhan
dan berhaji ke Baitullah” (HR. Bukhari, Kitab Al-Iman, Bab Su’alu Jibril
‘an Nabi SAW ‘anil Iman wa Islam wa Ikhsan, no.50).[4]Harun Nasution dalam bukunya Islam, ditinjau dari berbagai aspeknya menyebutkan, Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada ummat manusia melalui Nabi Muhammad SAW.[5] Dalam KBBI disebutkan bahwa Islam adalah agama yg diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. berpedoman pada kitab suci Alquran yg diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT[6].
Islam lahir di Makkah, ajaran Islam dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul (utusan) Tuhan untuk membimbing manusia ke jalan yang benar. Islam sebagai agama adalah wahyu Allah yang ajarannya berisi perintah, larangan dan petunjuk untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat.
Setelah dipimpin oleh Nabi langsung dan di teruskan oleh sahabat-sahabatnya yang di juluki Khulafaur-Rasyidin, Islam mulai berkembang pesat akibat ekspansi yang dilakukan oleh daulah Islam setelahnya, seperti Bani Abbasiyah dan Umayyah. Ajaran Islam kemudian menyebar ke daerah–daerah luar jazirah Arab. Maka segera bertemu dengan berbagai peradaban dan budaya lokal yang sudah mengakar selama berabad–abad. Negeri-negeri yang sudah di datangi Islam seperti Mesir, Siria dan Negara Jazirah yang lain sudah lama mengenal filsafat Yunani, ajaran Hindu Budha, Majusi, dan Nasrani. Dengan demikian Islam yang tersebar senantiasa mengalami penyesuaian dengan lingkungan dan peradaban dan kebudayaan setempat, begitu pula yang terjadi di tanah Jawa.[7]
Islam dengan risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW adalah agama universal, ajarannya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan yang meliputi keimanan dan peribadatan, serta mengatur hubungan antara manusia dengan manusia dan lingkungannya yang disebut mu’amalah[8].
Adapun ciri-ciri Islam dapat dilihat dalam berbagai konsep yang dibawanya, yakni:
Pertama, Konsep teologi Islam yang di dasarkan pada prinsip tauhid sebagai konsep monotheisme dengan kadar paling tinggi. Konsep tauhid ini melahirkan wawasan kesatuan moral, kesatuan sosial, kesatuan ritual bahkan malah memberikan kesatuan identitas kultular.
Kedua, Konsep kedudukan manusia, dalam hubunganya dengan tuhan (hablum minallah), hubunganya dengan sesama manusia (hablum minannas), bahkan sesama makhluk, juga hubunganya dengan alam semesta. Hubungan-hubungan tersebut berada dalam jaringan kerja peribadatan dan kekhilafahan,yaitu fungsi ibadah dan fungsi khilafah.
Ketiga, konsep keilmuan sebagai bagian integratif dari kehidupan manusia. Wahyu perdana dari Al-Qur’an di samping membuat deklarasi kholaqol insan (Dia telah menciptakan manusia) juga mendeklarasikan alamal insan (Dia mengajarkan kepada manusia). Manusia ini selain di ciptakan oleh Allah,juga di beri kecerdasan ilmiah. Konsep ini ada kaitanya dengan janji Allah tentang Taskhiru ma fis samawati wa ma fil ardhi (apa yang ada di langit dan di bumi di peruntukan bagi manusia)
Keempat, Konsep ibadah dalam Islam. Disamping menyentuh aspek-aspek ritual, juga menyentuh aspek-aspek sosial dan juga aspek kultural[9].
2. Pengertian Kebudayaan Jawa dan Batasan Wilayahnya
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Budaya diartikan pikiran; akal budi, adat istiadat, sesuatu mengenai kebudayaan yg sudah berkembang (beradab, maju), sesuatu yg sudah menjadi kebiasaan yg sudah sukar diubah. Sedangkan Kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia spt kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat, keseluruhan pengetahuan manusia sbg makhluk sosial yg digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yg menjadi pedoman tingkah lakunya[10].
Menurut Koentjaraningrat (1980), kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat di artikan dengan hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Sedangkan kata budaya merupakan perkembangan majemuk dari budi daya yang berarti daya dari budi. Sehingga di bedakan antara budaya yang berarti “daya dari budi” yang berupa cipta, rasa, karsa, dengan kebudayaan yang berarti hasil dari cipta, rasa, karsa[11].
Sedangkan menurut Clyde Kluchohn, kebudayaan adalah suatu sistem menyeluruh yang terbentuk oleh sejarah meliputi kehidupan manusia yang cenderung mempengaruhi pola hidup suatu kelompok[12].
Selanjutnya menurut konsep konsep B.Malinowske, kebudayaan di dunia mempunyai tujuh unsur universal yakni :
- Bahasa
- Sistem
Teknologi
- Sistem
mata pencaharia (ekonomi)
- Organisasi
sosial
- Sistem
pengetahuan
- Religi
- Kesenian[13].
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diambil kesimpulkan bahwa kebudayaan Jawa adalah sebuah sistem yang mencakup bahasa, sistem teknologi, mata pencaharian, organisasi sosial, corak berpikir, sistem kegamaan dan kesenian yang dianut dan dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. Sedangkan yang dimaksud dengan islam dan kebudayaan Jawa adalah ajaran islam yang berkembang dan berjalan selaras dengan kebudayaaan masyarakat Jawa.
Menurut R. Wordward ciri Islam Jawa adalah kecepatan dan kedalamannya mempenetrasi masyarakat Hindu-Budha yang paling maju (sopheisticated). Hal ini dapat dilihat dari muatan karya sastra yang berpatronase dengan keraton seperti serat salokajiwa karya Ranggawarsita dan serat centhini karya Pakubuwana V dan nilai-nilai sufisme; ritual sekatenan dikorelasikan dengan rekonstruksi sejarah islam jawa; ajaran-ajaran Islam dalam pewayangan, dan penekanan bentuk keberagaman yang mengedepankan kesalehan praktis pada masyarakat jawa.[15]
B. Ciri-ciri Orang Jawa
Dalam antropologi budaya dikenal beragam suku dan budaya, salah satunya masyarakat atau suku Jawa. Masyarakat Jawa adalah orang-orang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa Jawa dengan ragam dialeknya secara turun-menurun. Suku bangsa Jawa adalah mereka yang bertempat tinggal di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, serta mereka yang berasal dari kedua daerah tersebut. Secara geografis suku bangsa Jawa mendiami tanah Jawa yang meliputi: Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Malang, dan Kediri. Sedangkan di luar itu, dinamakan pesisir dan ujung timur. Surakarta dan Yogyakarta yang merupakan dua bekas kerajaan Mataram pada sekitar abad ke-XVI adalah pusat dari kebudayaan Jawa. Keduanya adalah tempat kerajaan terakhir dari pemerintahan Raja-raja Jawa.[16]
Suku Jawa merupakan salah satu suku terbesar yang berdiam di negara Indonesia. Suku Jawa hidup dalam lingkup budaya yang sangat kental, yang mereka gunakan dalam berbagai kegiatan masyarakat, bahkan mulai dari kehamilan sampai kematian. Menurut Sujamto, 1997 budaya Jawa memiki empat ciri-ciri utama, yaitu;
- Religius
- Non
doktriner
- Toleran
- Akomodatif
Dari ciri-ciri budaya Jawa diatas, memberikan corak, sifat dan kecenderungan yang khas bagi orang Jawa yang antara lain adalah:
- Masyarakat
Jawa identik dengan berbagai sikap sopan, segan, menyembunyikan perasaan
alias tidak suka to the poin.
- Menjaga
etika berbicara baik secara konten isi dan bahasa perkataan maupun objek
yang diajak berbicara. Hal ini bisa terlihat dengan adanya strata
(tingkatan) bahasa dalam suku jawa.
- Suku
Jawa umumnya mereka lebih suka menyembunyikan perasaan. Menampik tawaran
dengan halus demi sebuah etika dan sopan santun sikap yang dijaga.
- Narimo
ing pandum adalah salah satu konsep hidup yang dianut oleh Orang
Jawa. Pola ini menggambarkan sikap hidup yang serba pasrah
dengan segala keputusan yang ditentukan oleh Tuhan. Orang Jawa
memang menyakini bahwa kehidupan ini ada yang mengatur dan tidak dapat
ditentang begitu saja.
- Ciri
khas lain yang tak bisa di tinggalkan adalah sifat Gotong
royong atau saling membantu sesama orang di lingkungan hidupnya
apalagi lebih kentara sifat itu bila kita bertandang ke pelosok pelosok
daerah suku Jawa di mana sikap gotong royong akan selalu terlihat di dalam
setiap sendi kehidupannya baik itu suasana suka maupun duka.
- Dan,
yang tidak dapat kita abaikan adalah sikap hidup orang Jawa yang
menejunjung tinggi nilai-nilai positif dalam kehidupan. Dalam interaksi
antar personal di masyarakat, mereka selalu saling menjaga segala kata dan
perbuatan untuk tidak menyakiti hati orang lain. Mereka begitu menghargai
persahabatan sehingga eksistensi orang lain sangat dijunjung sebagai
sesuatu yang sangat penting. Mereka tidak ingin orang lain atau dirinya
mengalami sakit hati atau terseinggung oleh perkataan dan perbuatan yang
dilakukan sebab bagi orang Jawa, ajining diri
soko lathi, ajining rogo soko busono artinya, harga diri
seseorang dari lidahnya (omongannya), harga badan dari pakaian
C. Tujuan Mempelajari IBJ
Dalam nilai kearifan warisan budaya Jawa yang diajarkan kepada kita menuntut untuk pengkajian dan pemahaman akan budaya yang selama ini kita jalankan. Adapun tujuannya antara lain:
- Mengetahui
bagaimana Islam yang ada di Jawa.
- Mengetahui
isi kandungan ajaran Islam yang terdapat dalam budaya Jawa.
- Mengetahui
pesan-pesan moral yang terkandung dalam kebudayaan jawa
- Menumbuhkan
sikap arif dalam menyikapi berbagai jenis kebudayaan Jawa dan keberagaman
ritual keagamaannya[18].
- Memotivasi
masyarakat untuk menumbuhkan rasa kesadaran kebudayaan.
- Mengetahui
hal-hal yang ada dalam sejarah masyarakat Jawa dan kebudayaan yang
dibangunnya, serta pengaruh yang ditimbulkan terhadap ajaran Islam yang
sudah sejak lama mendiami dan berasimilasi satu sama lain
- Menumbuhkan
spiritualisme, mendorong masyarakat untuk mengimbangi derasnya arus
konsumerisme budaya tersebut dalam era globalisasi melalui
peningkatan pendidikan dan keimanan
Islam berasal dari bahasa Arab Aslama-Yuslimu-Islaman yang artinya pasrah, tunduk sedangkan secata istilah, Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada ummat manusia melalui Nabi Muhammad SAW.
Kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti pikiran. Kebudayaan Jawa adalah sebuah sistem yang mencakup bahasa, sistem teknologi, mata pencaharian, organisasi sosial, corak berpikir, sistem kegamaan dan kesenian yang dianut dan dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. Sedangkan yang dimaksud dengan islam dan kebudayaan Jawa adalah ajaran islam yang berkembang dan berjalan selaras dengan kebudayaaan masyarakat Jawa.
Budaya Jawa memiliki ciri-ciri Religius, Non doktriner, Toleran, Akomodatif, Optimistic. Hal ini membawa masyarakat Jawa memiliki corak, sifat dan kecenderungan yang khas, yakni identik dengan sikap sopan, segan, tidak menampakkan perasaan secara langsung, senantiasa menjaga sopan santun, nerimo ing pandum, gotong royong, dan senantiasa menejunjung tinggi nilai-nilai positif dalam kehidupan.
Dengan mempelajari Islam dan Budaya Jawa, diharapkan mampu mengetahui hal-hal yang ada dalam sejarah masyarakat Jawa dan kebudayaan yang dibangunnya, mengetahui isi kandungan ajaran Islam yang terdapat dalam budaya Jawa, mengetahui pesan-pesan moral yang terkandung dalam kebudayaan jawa, dan menumbuhkan sikap arif dalam menyikapi berbagai jenis kebudayaan Jawa dan keberagaman ritual keagamaannya.
E. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat pemakalah sajikan. Kekurangan dan kelemahan dalam makalah adalah suatu keniscayaan dan menjadi sifat dasar manusia yang jauh dari sempurna. Maka, masukan, sanggahan, dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Chamami, M. Rikza, Studi Islam Kontemporer, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2012.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Hana, Siti, Makalah Pergeseran Nilai-Nilai Budaya Jawa Di Era Globalisasi, Semarang: IAIN Walisongo, 2010.
Hasan, Muhammad Tholhah, Islam dalam Perpektif Sosio Kultural, Jakarta: Lantabora Press. 2004.
Khalim, Samidi, Islam dan Spiritualitas Jawa, Semarang: RaSAIL Media Group, 2008,
M, Hariwijaya, Islam Kejawen, Yogyakarta : Gelombang Pasang, 2006, cet II,
Nasution, Harun, Islam, ditinjau dari berbagai aspeknya, Jilid 1. Jakarta: Bulan Bintang, 1974
Simuh, Keunikan Interaksi Islam Dan Budaya Jawa,
Sualiman, M, Munandar, Ilmu Budaya Dasar, Bandung; Rosda Offset, 1988.
Syukur, M. Amin, Pengantar Studi Islam, Semarang: Pustaka Nuun, 2010
Tim Ahli Tauhid, Kitab Tauhid 2, Jakarta: Yayasan Al-Sofwa, 2001.
Arti Islam Etimologis dan Terminologis, http://pusdai.wordpress.com/2008/11/12/arti-islam-etimologis-terminologis/
Suwito, Yuwono Sri Jati Diri dan Krisis Budaya, http://inawan.multiply.com/journal/item/14/JATI_DIRI_DAN_KRISIS_BUDAYA.
Yati, Tujuan Belajar Islam Budaya Jawa, http://yatiriyan.blogspot.com/2013/01/tujuan-belajar-islam-budaya-jawa-tujuan_13.html, diakses 26 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar