Pesta akhir tahun

METODE SYARAH HADITS




I.            PENDAHULUAN
Para ulama terdahulu telah banyak melakukan penafsiran terhadap hadits-hadits yang terdapat dalam berbagai kitab hadits, yakni dengan menulis kitab-kitab syarah. Meskipun kitab-kitab tersebut telah banyak disusun, tetapi upaya untuk melakukan metode yang digunakan oleh para ulama dalam penyusunan kitab-kitab syarah tersebut hampir tidak tersentuh.
Berdasarkan fakta-fakta diatas, mengetahui cara atau metode pemahaman hadits-hadits yang digunakan oleh para ulama dalam menyusun kitab syarah menjadi sebuah keniscayaan, hal tersebut diperoleh untuk memperoleh kerangka umum bangunan metodologis dalam pemahaman hadits.
Para penulis telah mempersembahkan karya-karya mereka dibidang syarah hadits. Jika karya-karya tersebut dicermati, maka dapat diklasifikasikan beberapa metode yang dipergunakan oleh para pensyarah. Metode-metode syarah yang dimaksud adalah metode tahlili, ijmali, muqorin dan maudlu’i.
Metode-metode ini diadopsi dari metode penafsiran al-Qur’an dengan melihat karakter persamaan yang terdapat antara penafsiran al-Qur’an dan penafsiran atau syarah hadits. Artinya metode penafsiran al-Qur’an dapat diterapkan dalam syarah hadits dengan mengubah redaksi/kata al-Qur’an menjadi hadits; tafsir mejadi syarah[1]



II.            PEMBAHASAN
A.    METODE TAHLIL
1.      Pengertian
Metode syarah Tahlil adalah menjelaskan hadits-hadits Nabi dengan memaparkan segala aspek yang terkandung dan menerangkan makna-makna yang tercakup didalamnya sesuai dengan kecenderungan dan keahlian pensyarah.[2]
2.      Ciri-ciri Metode Tahlili
Pensyarahan yang mengikuti metode tahlili dapat berbentuk ma’tsur (riwayat)/ ra’y (pemikiran rasional). Jika dicermati maka pensyarahan yang dilakukan mengikuti pola menjelaskan makna yang terkandung dalam hadits secar konprenhensif dan menyeluruh.
Dalam melakukan pensyarahan, hadits dijelaskan kata demi kata, kalimat demi kalimat secara berurutan, serta menerangkan asbab al-wurud. Jika hadits yang disyarah memiliki asbab al-wurud, dijelaskan juga munasabat (hubungan) antara satu hadits dengan hadits lain. Serta diwarnai pula oleh kecenderungan dan keberpihakan pensyarah kepada salah satu madzhab tertentu.[3]
3.      Kelebihan Metode Tahlili
a.       Obyek pembahasannya sangat luas
Metode ini biasa dikatakan seperti itu karena dapat mencakup berbagai aspek yang meliputi; kata, kalimat, asbab al-wurud, serta munasabah yang dapat digunakan dalam periwayatan.
b.      Mencakup ide dan gagasan
Kelebihan yang tidak dimiliki oleh metode lain yaitu syarahnya yang menggunakan metode analisis guna meluangkan sebanyak mungkin ide dan gagasan-gagasan yang pernah ditemukan oleh para ulama.

4.      Kekurangan Metode Tahlili
a.       Menjadikan petunjuk hadits parsial (terpecah-pecah)
Metode tahlili memberikan seolah-olah memberikan pedoman secara tidak utuh dan tidak konsisten yang disebabkan oleh syarah yang diberikan pada sebuah hadits berbeda dengan syarah yang diberikan pada hadits lain yang sama karena kurang memperhatikan hadits lain yang mirip atau sama redaksinya dengannya.
b.      Melahirkan syarah yang subjektif
Dalam mensyarah suatu hadits sesuai dengan kepribadiannya sendiri/keinginan dari pensyarah tersebut tanpa memperhatikan norma-norma yang berlaku. Didalam pensyarahan al-Askolani misalnya, dipengaruhi oleh sikap subjektifnya sebagai ulama hadits. Selain itu pensyarahan juga lebih menitik beratkan kepada Imam Syafi’i.

B.     METODE IJMALI (Global)
1.      Pengertian
Yang dimaksud dengan metode ijmali (Global) adalah menjelaskan hadits-hadits dengan urutan dalam kitab hadits (kutub as-sittah) secara ringkas, tapi tapi dapat merepresentasikan makna literal hadits, dengan bahasa yang mudah dipahami. Gaya bahasa yang digunakan juga tidak berbeda jauh dengan bahasa hadits, sehingga pembacanya kadang kala tidak dapat memilahkan mana yang hadits dan mana yang syarahnya.
2.      Ciri-ciri metode Ijmali (Global)
Pensyarah langsung melakukan penjelasan hadits dari awal sampai akhir tanpa penetapan judul serta perbandingan yang jelas, dalam kitab syarah metode syarah ini tak memiliki ruang untuk menjelaskan sebanyak-banyaknya. Oleh sebab itu, penjelasan umum dan sangat ringkas merupakan ciri yang dimiliki kitab syarah dengan metode ijmali.
3.      Kelebihan metode ijmali
a.       Ringkas dan padat
Syarah yang menggunakan metode ini terasa lebih praktis dan singkat sehingga dapat segera diserap oleh pembacanya.
b.      Bahasanya mudah
Pemahaman terhadap kosa kata yang terdapat dalam hadits ini lebih mudah didapatkan karena pensyarahan langsung menjelaskan maksud hadits yang tak memikirkan kepribadian dari pensyarah tersebut sehingga mudah dipahami karena menggunakan bahasa yang singkat dan mudah.
4.      Kekurangan
a.       Menjadikan petunjuk hadits menjadi parsial
Terkadang hadits memiliki keterkaitan antara hadits satu dengan yang lain, oleh karena itu adasebuah hadits yang bersikap umum/global (samar) dapat diperjelas dengan hadits lain yang dapat melengkapi kekurangan hadits tersebut. Dengan menggabungkan kedua hadits tersebut akan diperoleh suatu pemahaman yang utuh tanpa terpecah-pecah.
b.      Tidak ada ruang untuk mengemukakan analisis yang memadai
Syarah yang mengguankan metode ini tidak dapat memberikan sarana yang memuaskan yang berkenaan dengan wacana pluralisme pemahaman suatu hadits. Disamping itu memeliki sisi positif yaitu bersifat instan seperti yang sudah disebutkan diatas.





C.     METODE MAUDU’I (TEMATIK)
1.      Pengertian
Metode maudu’i juga disebut dengan metode tematik karena pembahasannya berdasarkan tema-tema tertentu yang terdapat dalam suatu hadits.
Ada dua cara dalam tata kerja metode maudu’i; pertama, dengan cara menghimpun hadits yag berbicara tentang satu masalah (maudu’/tema) tertentu serta mengarah kepada satu tujuan yang sama. Kedua, pensyarahan yang dilakukan berdasarkan suatu hadits.[4]
Dalam mengemukakan metode maudu’i ada beberapa langkah, yaitu:
a.       Memilih atau menetapkan masalah yang ada dalam suatu hadits yang akan dikaji secara maudu’i.
b.      Menghimpun suatu hadits yang berkaitan dengan masalah hadits yang akan dibahas.
c.       Menyusun suatu hadits yang akan dibahas menurut kronologi dalam hadits tersebut, serta dicantumkan mengenai asbab al-wurudnya.
d.      Mengetahui munasabah hadits tersebut.
2.      Ciri-ciri metode maudu’i
a.       Kajian syarah ini mmerlukan kajian syarah analitis pengetahuan asbab al-wurud dan mengetahui tentang dalalah suatu lafal dan penggunaannya.
b.      Menyusun tema pembahasan dalam kerangka yang tepat, sistematis, sempurna dan utuh
c.       Melengkapi dengan uraian hadits yang berhubungan dengan pembahasan


3.      Kelebihan metode maudu’i
a.       Memunculkan sikap dinamis dalam mensyarah hadits karena menyajikan hadits-hadits yang berhubungan dengan pemasalahan maka dalam persyaratannya masih terdapat ruang untuk berijtihad lagi sesuai dengan kebutuhan zaman
b.      Menghasilkan pemahaman yang utuh, dalam metode ini seluruh hadits yang berhubungan dengan permasalahan disajikan sehingga dapat diperoleh pemahaman yang utuh tidak parsial sebagaimana metode tahlili.
4.      Kekurangan metode maudu’i
a.       Metode ini banyak melakukan pemenggalan hadits
b.      Membatasi pemahaman hadits, hal ini hanya mengambil bagian-bagian tertentu saja dari hadits-hadits yang berhubungan dengan pembahasan.

D.    METODE MUQORIN
1.      Pengertian
Yang dimaksud dengan metode muqarin adalah memahami hadits dengan cara;
a.       Membandingkan hadits yang memiliki redaksi yang sama dalam kasus yang sama dan memiliki redaksi yang berbeda dalam kasus yang sama.
b.      Membandingkan berbagai pendapat ulama syarah dalam mensyarah hadits.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa memahami hadits dengan menggunakan metode muqarin ini mempunyai cakupan yang cukup luas, tidak hanya membandingkan hadits dengan hadits lain, melinkan juga membandingkan pendapat para ulama (pensyarah) dalam mensyarah suatu hadits.[5]

2.      Ciri-ciri metode muqarin
Ciri utama dalam metode ini adalah perbandingan. Disinilah letak salah satu perbedaan yang prinsipil antara metode ini dengan metode yang lain. Hal itu disebabkan karena yang dijadikan bahan dalam membandingkan hadits dengan hadits adalah pendapat para pensyarah. Jika suatu syarah dilakukan tanpa membandingkan pendapat para pensyarah, maka pendapat seperti itu tidak dapat disebut metode komparatif.
3.      Kelebihan metode muqarin
a.       Memberikan wawasan pemahaman yang lebih luas
b.      Bersikap toleran terhadap pendapat orang lain
c.       Dengan metode ini sangat berguna bagi mereka yang ingin mengetahui berbagai pendapat tentang suatu hadits
4.      Kekurangan metode muqarin
a.       Pembahasan yang dikemukakan terlalu luas sehingga sulit bagi pembaca untuk menentukan pilihan
b.      Metode ini tidak dapat diandalkan untuk menjawab permasalahan sosial yang berkembang ditengah masyarakat, karena pensyarah lebih  mengedepankan perbandingan dari pada pemecahan masalah
c.       Metode ini terkesan lebih banyak menelusuri pemahaman yang diberikan oleh pensyarah dari pada mengemukakan pendapat baru.
5.      Kitab-kitab yang menggunakan metode muqarin
a.       Shahih Muslim bi Syarah al-Nawawi karya Imam Nawawi
b.      Umdah al-Qari’ Syarah al-Bukhari karya Badr al-Din Abu Muhammad Mahmud bin Ahmad al-Ani.






REFERENSI

Ali, Nizar, Memahami Hadits Nabi, Cet ke-1, Yogyakarta: CESaD YPI Al-Rahman, 2001.
                                              
Mu’in Salim, Abd, Metodologi Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Teras, Cet-I 2005.



[1] Nizar, Ali, Memahami Hadits Nabi, (Yogyakarta: CESaD YPI Al-Rahman, Cet ke-1, 2001), h. 28.
[2] Ibid, h. 29.
[3] Ibid, h. 29-30.
[4] Prof. Dr. Abd. Mu’in Salim, MA, Metodologi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Teras, Cet-I 2005), h. 47.
[5] Nizar Ali, Memahami Hadits Nabi, h. 46.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kupas kitab umdah Al-Qori

UMDAH AL-QORI KARYA BADRUDDIN AL-AINI Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Kajian Kitab Hadis D...