SEJARAH,
PERKEMBANGAN DAN KAIDAH AKSARA ARAB PEGON
Oleh: Dr Waryunah
Irmawati S.Ag., M.Ag.
A.
Sejarah Dan
Perkembangan Huruf Arab Pegon
Sejarah
perkembangan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari tulisan. Terlebih
tulisan Arab Pegon yang merupakan sarana untuk mentransfer ilmu agama dengan
perantara dunia tulis-menulis.
Hal ini tidak
menafikan adanya transfer ilmu dengan cara mendengarkan materi yang telah
disampaikan oleh seorang ulama atau kiai yang mengajak kepada agama Allah
dengan melalui lisan, entah dengan cara dakwah keliling atau dengan cara
menyelenggarakan pengajian agama di surau-surau atau pesantren-pesantren.
Transfer ilmu
dengan tulisan dilakukan oleh ulama atau kiai dengan tujuan agar ilmu bisa
lebih terjaga dan bisa dinikmati oleh orang banyak. Bukan orang yang hidup
semasanya, namun generasi yang setelahnya juga bisa meneguk ilmu tadi. Para
ulama atau kiai tadi menulis juga dikarenakan melihat kondisi kapasitas otak
manusia yang tidak bisa luput dari salah dan lupa. Sehingga, perlu adanya
pengabadian dengan cara menulis.
Dengan adanya
tulisan Arab Pegon di kala itu, ilmu akan lebih terjaga dari perubahan dan
penyimpangan. Bukti pentingnya adanya sebuah tulisan, banyak ulama Nusantara di
kala itu yang meninggalkan sebuah karya, seperti Suluk Sunan Bonang (Head Book
Van Bonang) yang dipercaya sebagai karya Sunan Bonang, Hikayat Hang Tuah,
Hikayat Raja-Raja Pasai, Risalah Tasawuf Hamzah Fansuri, karya kiai Rifai
Kalisasak, karya kiai Shaleh Darat, dan lain-lain. Karya-karya ulama Nusantara
ini kebanyakan ditulis dengan aksara Arab pegon, baik karya asli atau hasil
dari terjemahan dari kitab-kitab yang berliteratur Arab.
Huruf Pegon
berasal dari lafal Jawa pego, yang mempunyai arti menyimpang. Hal ini
dikarenakan memang huruf Pegon ini menyimpang dari literatur Arab dan juga
menyimpang dari literatur Jawa. Bagi yang pernah nyantri tentunya faham dengan
huruf Pegon. Huruf-huruf pegon ini bisa dikatakan sebagai sebuah aksara yang
nyleneh karena susunan atau tatanannya yang agak berbeda dengan bahasa aslinya
(Arab bukan, Jawa juga bukan).
Arab Pegon ini
disebut pula Arab Pego atau Arab Jawi. Yaitu, tulisan yang menggunakan huruf
Arab atau huruf hijaiyah, akan tetapi dalam praktik bahasanya menggunakan
bahasa Jawa atau bahasa daerah lainnya yang sesuai dengan selera orang yang
ingin menggunakannya. Di suatu daerah, Arab Pegon juga disebut dengan Arab
Melayu. Hal ini dikarenakan menggunakan bahasa Melayu atau Indonesia; atau
bahasa lokal lain yang ditulis dengan huruf Arab.
Penamaan huruf
Pegon sangatlah banyak. Di daerah Malaysia dinamakan huruf Jawi. Sedangkan di
kalangan pesantren dinamai huruf Arab Pegon. Akan tetapi, untuk kalangan yang
lebih luas, huruf Arab Pegon dikenal dengan istilah huruf Arab Melayu karena
ternyata huruf Arab berbahasa Indonesia ini telah digunakan secara luas di
kawasan Melayu mulai dari Terengganu (Malaysia), Aceh, Riau, Sumatera, Jawa
(Indonesia), Brunei, hingga Thailand bagian Selatan. Maka tidak mengherankan,
jika kita membeli produk-produk makanan di kawasan dunia Melayu (Malaysia,
Thailand Selatan, Brunei, dan beberapa wilayah di Indonesia) dapat dipastikan
terdapat tulisan Arab Pegon dalam kemasannya walaupun dengan bahasa yang
berbeda. Bahasa tersebut disesuaikan dengan tempat atau Negara yang
mengeluarkan produk-produk tersebut.
Huruf Arab
Pegon ini mempunyai keunikan tersendiri. Jika dilihat dari kejauhan, tulisan
Arab Pegon seperti tulisan Arab pada biasanya. Namun, kalau dicermati
sebenarnya, susunannya atau rangkaian huruf-hurufnya bukan susunan bahasa Arab.
Orang Arab asli tidak akan bisa membaca tulisan Arab Pegon. Seandainya mereka
bisa membaca Arab Pegon, niscaya tidak sejelas dengan bacaan orang Jawa atau
Melayu asli.
Mengenai siapa
yang menemukan huruf Arab Pegon ada beberapa pendapat. Menurut suatu catatan,
huruf Arab Pegon muncul sekitar tahun 1400 M yang digagas oleh RM. Rahmat atau
yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Ampel di Pesantren Ampel Dentha
Surabaya. Sedangkan menurut pendapat lain, penggagas huruf Arab Pegon adalah
Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati Cirebon. Ada juga yang mengatakan
bahwa huruf Arab Pegon ini ditemukan oleh Imam Nawawi Al-Bantani.
Sayangnya,
huruf Arab pegon kini tidak lagi dikenal oleh masyarakat Islam secara luas.
Padahal, menurut sejarahnya, huruf Arab Pegon telah digunakan secara luas oleh
para penyiar agama Islam, ulama, penyair, sastrawan, pedagang, hingga politikus
di kawasan dunia Melayu. Peran penjajah juga mempunyai pengaruh dalam
menggrogoti berkurangnya pemahaman tentang huruf Arab Pegon. Sebab, pada masa
penjajahan dalam pemerintahannya, tulisan yang digunakan untuk urusan negara
adalah dengan menggunakan huruf Latin. Sedangkan huruf Arab Pegon terisolir di
dunia pesantren. Keadaan ini berbeda dengan sebelum penjajah menginjakkan
kakinya di bumi Nusantara.
Kongres bahasa
yang diadakan di Singapura pada 1950-an juga telah memperkuat kedudukan huruf
Romawi. Salah satu keputusan dalam kongres tersebut menghasilkan pembentukan
Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia yang mempelopori dan mengompori penggunaan
abjad Romawi. Saat itulah hampir semua penerbit koran, majalah, dan buku dengan
terpaksa mengganti aksara Arab pegon dengan huruf Romawi.
Pada tahun
2007 telah diselenggarakan Kongres Ijtima Ulama Nusantara ke 2 di Malaysia.
Dalam kesempatan ini, ada ulama asal Indonesia (KH. Maimeon Zubair) telah
menyampaikan betapa kelestarian tradisi salaf dalam tahap kritis. Beberapa
ajaran salaf mulai terlupakan, salah satunya adalah Arab Pegon. Di tengah
masyarakat, Arab Pegon mulai ditinggalkan secara perlahan.
KH. Maimeon
Zubair dalam beberapa kesempatan tak henti-hentinya memotivasi beberapa pihak
untuk senantiasa mentradisikan salaf, termasuk menghidupkan kembali Arab Pegon
sebagai ikon salaf yang perlu dilestarikan.
Jika tradisi
Arab Pegon ini terlupakan, maka orang Islam di Indonesia ini telah lupa akan
sejarah masuknya Islam di Indonesia. Oleh karena itu, marilah kita menggali dan
melestarikan Arab Pegon agar tidak hilang ditelan bumi. Banyak sekali ilmu-ilmu
ulama atau kiai terdahulu yang bertuliskan dengan Arab Pegon.
B.
Kaedah Penulisan
Huruf Arab Pegon.
1. Huruf Hijaiyyah
ا ب ت ث ج ح خ ........الخ
2.
Aksara Arab yang
diambil untuk aksara Pegon
اب ت ج د ر س ط ع ف ك ل م ن و ه ي
Transkripsi huruf Pegon kedalam
huruf Jawa dan Latin (abjad)
No
|
Aksara Jawa
|
Aksara Latin
|
Aksara Pegon
|
01
|
Ha
|
H/A
|
ه/أ
|
02
|
Na
|
N
|
ن
|
03
|
Ca
|
C
|
چ
|
04
|
Ra
|
R
|
ر
|
05
|
Ka
|
K
|
ك
|
06
|
Da
|
D
|
ڎ
|
07
|
Ta
|
T
|
ت
|
08
|
Sa
|
S
|
س
|
09
|
Wa
|
W
|
و
|
10
|
La
|
L
|
ل
|
11
|
Pa
|
P
|
ڤ
|
12
|
Dha
|
Dh
|
ڎ
|
13
|
Ja
|
J
|
ج
|
14
|
Ya
|
Y
|
ي
|
15
|
Nya
|
Ny
|
ۑ
|
16
|
Ma
|
M
|
م
|
17
|
Ga
|
G
|
ڮ
|
18
|
Bha
|
B
|
ب
|
19
|
Tha
|
Th
|
ط
|
20
|
Nga
|
Ng
|
ڠ
|
Huruf Pegon ini merupakan huruf konsonan sebelum digandeng dengan
huruf vokal dan sandangan huruf lain. Untuk menjadikan huruf vokal maka harus
ditambahkan huruf vokal yaitu :
Alif (ا)
: untuk bunyi A
Ya (ي)
: untuk bunyi I
Wawu (و)
: untuk bunyi u
Serta harus ditambah sandangan
(bantu) yaitu fathah (َ),
pȇpȇt (~) dan Hamzah (ء).
Selanjutnya, kaidah dalam aksara
pegon berikut ini:
a.
Huruf JIM (ج) ditambah 2 titik menjadi/dibaca CA/C
b.
Huruf FA (ف) ditambah 2 titik menjadi/dibaca PA/P
c.
Huruf DAL (د) diberi 3 titik di atas menjadi/dibaca DHA/DH
ket : titik diletakkan diatas untuk keseragaman dengan ذ
d.
Huruf YA (ي) ditambah 2 titik menjadi/dibaca NYA/NY
e.
Huruf KAF (ك) ditambah 3 titik dibawah menjadi/dibaca GA/G
f.
Huruf AIN (ع) ditambah 3 titik diatas menjadi/dibaca NGA/NG
ket : titik diletakkan diatas agar seragam dengan غ
g.
Huruf HA aksara
Pegonya ada dua yaitu HA (ه)
dan alif (ا), karena HA dapat
dibaca A contoh hayu dibaca ayu, hana dibaca ana.
h.
Huruf Pegon ditambah alif (ا) berbunyi A, contoh أ/ها maka dibaca ha/a
i.
Huruf Pegon diberi
alif (ا) berbunyi Ó (dalam bahasa Jawa) seperti bunyi O pada kata Gógó
(tanaman padi pada lahan kering) dan berbunyi A dalam bahasa Indonesia, namun
di beberapa daerah Jawa sering juga dibaca A : ه + ا dibaca HO dalam bahasa Jawa, HA dalam bahasa Indonesia
Contoh : سورابايا Suroboyo
j.
Huruf Pegon ditambah YA (ي) berbunyi I contoh
ن + ي : ني dibaca NI
ج + ي : جيdibaca JI
ك+ي : كي dibaca KI
Contoh : NIKI
ditulis نيكي
k.
Huruf Pegon diberi
tambahan Wawu (و) berbunyi U
أ + و : أو dibaca
U
ه + و : هو dibaca
HU
ن + و : نو dibaca
NU
Contoh : KUKU ditulis كوكو:
l.
Huruf Pegon di Fathah dan
digandeng dengan (ي) dibaca É, seperti E
pada kata énak, pédé, saté.
اَ +ي : اَي dibaca
E
هَ +ي :هَي dibaca
HE
نَ + ي: نَي dibaca
NE
Contoh : Enak : اَيناك
Juga dibaca Ё seperti pada kata
peyek, remeh, teh, namun dalam bahasa Indonesia tetap dibaca É.
Contoh :
Peyek : ڤيييك
m.
Huruf Pegon di Fathah
dan digandeng dengan Wawu (و)
untuk bunyi O, seperti pada kata ijo, bojo, loro, soto.
اَ +و : اَو dibaca
O
نَ +و :نَو dibaca
NO
هَ +و : هَو dibaca
HO
Contoh : Bojo loro : بَوجَو لَورَو
Soto Babat
: سَوتَو بابات
n.
Huruf Pegon diberi
sandangan Pȇpȇt (~) atau tidak diberi sandangan apapun dibaca Ê seperti bunyi e
pada kata sejuk, seger, semar, semangka.
آ atau ا dibaca E
ۿ atau ه dibaca HE
ن atau ن dibaca NE
Contoh : Negara :نڮارا atau نڮارا
Semangka
: سماڠكاatau سماڠكا
3.
Penulisan Sastra Pegon
dengan konsonan rangkap
Penulisan konsonan rangkap pengucapannya seolah – olah ada bunyi E
(Pȇpȇt), maka jika diucapkan perlahan – lahan akan terasa bunyi E (Pȇpȇtnya).
Contoh :
Program, jika dibaca perlahan
akan terasa perogram.
Struktur, jika dibaca perlahan
akan terasa seteruktur.
Cara penulisan konsonan rangkap dengan Huruf Pegon adalah dengan
mengembalikan bunyi E (Pȇpȇt) yang seolah – olah ada pada konsonan rangkap
tersebut.
Contoh :
Kata program maka jika ditulis Pegon menjadi ڨروڮرام,
Praduga menjadi ڨراڎوڮا.
Struktur menjadi ستروكتور .
Kaidah Hamzah (alif) diawal kalimah
Alif diberi Hamzah diatas dibaca A/O contoh
: ono ditulis أنا.
Alif diberi Hamzah dibawah dibaca I contoh : ini ditulis إني.
Alif diberi Hamzah diatas dan Wawu (أو)
dibaca U contoh: udara ditulis أوڎارا
Alif diberi Hamzah dibawah dan Ya’ (ي)
dibaca E, contoh : Enak ditulis يناكإ
Alif tanpa Hamzah dan Wawu dibaca O contoh : Orang ditulis : اوراڠ
Alif tanpa Hamzah, tanpa Wawu dan tanpa Ya’ dibaca E, contoh elang
ditulis الاڠ
Alif diberi Hamzah diatas dan Ya’ dibaca E. Contoh : Epson
ditulis أيڨسان
Catatan :
Kaidah menyambung Huruf –
huruf Pegon sama dengan kaidah menyambung huruf – huruf Hijaiyyah.
Bahasa Indonesia atau Jawa
yang diserap dari bahasa Arab tetap ditulis aslinya. Contoh : kata
"Islam" harus ditulis اسلام bukan ايسلام , kata “Batin” ditulis باطن bukan باطين.
Bikin kangen pas pertama belajar maknoni 😂
BalasHapus